Monday, April 16, 2018

Mimpi-mimpi, orang-orang dan ayat-ayat

Tadi malam sebelum saya tidur, saya chat dengan teman baik saya, A, tentang vibes, tentang bagaimana sesuatu yang tadinya dipikir supernatural, ternyata ada penjelasan ilmiahnya, yaitu dari body chemicals, bagaimana kita menilai vibe dari suatu tempat atau seseorang. Terus, kami bercerita tentang bagaimana masih sedih dan terpukulnya seorang teman yang ditinggal pergi oleh suaminya yang adalah teman baik saya, dalam usia yang sangat muda, 40 tahun, karena sakit yang mendadak merenggut nyawanya. Kami juga bercerita tentang seorang perempuan lain yang juga bernama sama seperti saya, bahkan berusia 2 tahun lebih muda, yang juga nyawanya terenggut karena kecelakaan motor kemarin di Jakarta, yang rupanya adalah mutual friend dari banyak teman kami.

Lalu sayapun melanjutkan pekerjaan menerjemahkan transkrip ini samai sekitar setengah dua malam. Sesudah mematikan lampu, saya masih sedikit terbayang-bayang wajah teman saya yang baru meninggal itu, masih ingat suara dan wajahnya, karena saya baru membuka FB-nya, dalam rangka bercaap2 dengan A malam itu, melihat foto-fotonya dan postingan2nya dan komen-komen saya di postingannya dan komen-komennya di postingan saya. Saya terhenyak, bahwa komen terakhir baik saya di wall-nya maupun sebaliknya, hanya baru 6 weeks ago, 9 weeks ago, 11 weeks ago dan few weeks ago. It's tantalising. Bagaimana sebuah hidup yang begitu muda, yang begitu penuh dengan masa depan, direnggut begitu saja, membuat istri dan bayinya sebatangkara, hanya dalam hitungan hari saja.

Sampai saya ketiduran, pemikiran tentang betapa rentannya hidup dan batas hidup-mati ini masih terbayang-bayang. Dan tertidurlah saya. Pagi ini saya bangun dan mengingat-ingat kembali mimpi saya semalam. Saya teringat bahwa teman saya dan ibu saya almarhum ada dalam mimpi saya, bersama dengan beberapa orang lain yang saya sudah tahu sudah meninggal. Tentu saja, mereka nampak biasa, seperti orang-orang yang masih hidup, bercakap-cakap dan beraktifitas. Lalu saya ingat lagi, bahwa dalam salah satu kesempatan interaksi itu, saya ngomong dengan ibu saya, kalau tidak salah saya bilang, "Mak, ayo kembali ke sini (ke dunia orang hidup, ke dunia)". Mama saya menjawab dengan ringan dan kemungkinan, kalau saya tidak ingat, sambil senyum-senyum, "Tidak usah lah".  Lalu saya sedikit kesal (kalau tidak salah ingat)

Seperti biasa, mimpi saya selalu merupakan olahan dari apa yang saya pikirkan, saya baca, saya bicarakan dan saya alami, dalam suatu mix yang absurd dan sangat tidak jelas. Saya baru ingat bahwa siangnya saya sempat baca tentang bagaimana penjahat di sebelah salib Yesus diampuni pada akhir-akhir dari hidupnya, hanya karena berseru pada Yesus. Dan saya juga baca tentang si pengemis Lazarus yang mati dan duduk di pangkuan Abraham -ini akibat infografis tentang kisah Isra' Mi'raj yang dikirim teman saya lain yang ada cerita tentang Ibrahim dan Musa di lapisan surga kesekian, dan si orang kaya yang sombong, yang menderita di neraka yang panas, dan meminta seorang mati untuk dihidupkan kembali dan mengabarkan tentang azab akhirat kepada saudara-saudaranya di dunia agar bertobat. Permintaan ini ditolak Tuhan karena kata Tuhan, ada kitab-kitab Musa dan para nabi pada mereka, kalau mereka tidak percaya itu, sekalipun ada orang mati hidup lagi, ya mereka tetap tidak akan percaya juga, anyway.

Anehnya, pagi ini, saya bangun jam 7.20-an, lalu, kebiasaan yang sudah beberapa hari ini tidak saya lakukan lagi karena sibuk, adalah membuka Our Daily Bread dan membaca Alkitab. Tahu apa topik dan ayat bacaan dari ODB pagi ini? Saya kutipkan bacaan Alkitabnya di sini:

Psalm 39:4-6 New International Version (NIV)

“Show me, Lord, my life’s end
    and the number of my days;
    let me know how fleeting my life is.
You have made my days a mere handbreadth;
    the span of my years is as nothing before you.
Everyone is but a breath,
    even those who seem secure.[a]
“Surely everyone goes around like a mere phantom;
    in vain they rush about, heaping up wealth
    without knowing whose it will finally be.

Tentunya, saya cukup kaget karena kok pembacaannya begini, pas banget dengan semua obrolan, pemikiran, kejadian dan bahkan mimpi saya semalam. Judul bacaannya: "Just a second", dengan kalimat penutup seperti ini:

Recalling what he has already learned about the Source of joy and hope, he sees how reliant he is on the eternal God to help him see more than the momentary distraction of passing wealth (vv. 7–13).
Could this be a good time to see ourselves in David’s song?
And all I can say is: "Amen, let God be glorified through my fleeting life in this Earth, which is just a mere handbreadth", as David sang in this Psalm. Hallelujah, all praises I give only unto Thee!



Is r*********p overrated?

Is r*********p overrated?
Simply because I had no experience in this field, is it fair to think that this is not correct, this is not what it supposed to be when people are in r****?
I would say what I think. However is the acceptance from the other side.
He must understand that in this world, there are many people who think differently than him, and it's worth learning.
If the curiousity is there, the interest is there, everyone, sure, can learn.
If not, it's another story.
Begging is not my thing.
I'll say it, and I'll leave it there for the other side to pick up my words.
But no begging whatsoever anymore.
I guess, it's because I made myself aloof from G*d. It's just the result, the hollow in my heart, in my confidence, in my self esteem. And a little bit of loneliness because of a quiet social life.