Saturday, April 27, 2013

Sudut Kota Tua

Melihat lagi daerah kumuh dan padat, kali ini di Ibu Kota, masih menyebabkan rasa miris yang sama dengan ketika melihat mungkin ratusan daerah kumuh di Surabaya hampir satu dasawarsa yang lalu. 

Sekelompok buruh angkut yang bergerombol entah apa yang sedang diobrolin, sambil menyeka keringat di wajah mereka yang gelap dan berminyak. Tatapan mata yang keras ditempa sulitnya hidup, bercampur dengan sejenis kepasrahan akan nasib serupa tangan yang tidak kelihatan yang memperlakukan mereka bagai pion catur tak berdaya. Beberapa merokok, beberapa tampak tidak peduli sambil berjongkok di emperan-emperan toko di kota tua ini.

Melintasi gang-gang sempit itu, bajaj saya melewati jalan sempit becek dan berlubang. Udara padat, sesak dan menyesakkan dada, semua pengendara motor nampak bernapsu menelikung kendaraan apapun yang menghalangi jalannya sambil menghindari lubang dan becek. 


Orang-orang ini, orang-orang kalah ini, bagaikan nada sumbang ditengah gempita merdu lelakon pembangunan. Sementara sang komposer sibuk menata instrumen dan tangga nada, beberapa tak sanggup mengikuti oktaf yang terlalu tinggi itu. Merekapun tertinggal. Merekapun ditinggal.. Di sudut kota tua ini..

No comments: